Banyuwangi, (pawartajatim.com) – Warga Lingkungan Cungking, Kelurahan Mojopanggung, Banyuwangi, memiliki tradisi unik menjelang datangnya ramadhan. Mereka menggelar ritual resik lawon Buyut Cungking, Kamis (17/3).

Tradisi turun temurun ini bertujuan membersihkan jiwa raga sebelum memasuki bulan ramadhan. Ritual resik lawon adalah membersihkan kelambu dan penutup cungkup makam Ki Buyut Cungking. Tokoh ini dipercaya sebagai sesepuh Banyuwangi di masa Kerajaan Tawangalun, sekitar tahun 1600.

Ritual diawali dengan mencopot seluruh kain lawon yang berwarna putih. Sedikitnya, ada 20 lembar lawon. Kemudian, dimasukkan ke dalam kotak berbahan anyaman bambu. Kain lawon kemudian dicuci di Sungai Banyu Gulung, air bersih dan alami.

Jaraknya, sekitar 2 kilometer dari Makam Buyut Cungking. Selama perjalanan, seluruhnya berjalan kaki sambil memanggul lawon. Prosesi resik lawon dilakukan oleh keturunan langsung Buyut Cungking dan para abdi dalemnya. Diperkirakan, saat ini masuk keturunan ke-7.

“Ritual ini adalah tradisi turun temurun. Tujuannya, membersihkan lawon Ki Buyut Cungking. Maknanya, membersihkan jiwa raga sebelum memasuki puasa,” kata Ketua Paguyuban Buyut Cungking, Mardianto.

Selama prosesi, seluruhnya menggunakan baju khas adat Osing. Yaitu, bawahan batik dan memakai udeng. Proses mencuci lawe butuh waktu sekitar dua jam. Setelah bersih, kain lawon dibilas. Prosesi ini hanya boleh dilakukan kaum laki-laki.

Air pembilasan lawon ini banyak diburu warga. Dipercaya memberikan berkah, termasuk menolak hama pertanian. Usai dibilas, kain lawe dijemur di sepanjang jalan makam keramat Buyut Cungking. Setelah kering, kain lawon kembali dipasang di makam.

“Jika ada yang rusak, langsung diganti dengan yang baru,” jelasnya. Ritual diakhiri dengan makan bersama di pondok. (udi)