Banyuwangi, (pawartajatim.com) – Harga kedelai yang menjadi bahan baku utama tahu meroket. Tembus Rp 11.000 per kilogram. Tak ingin merugi, perajin memilih mengurangi ukuran tahu. Dibuat lebih kecil.
Melambungnya harga kedelai sudah terjadi sebulan terakhir. Padahal, pasokan tetap normal. Sebelumnya, harga kedelai tembus Rp 6.500 per kilogram. Lalu, naik menjadi Rp 9000 per kilogram hingga akhir tahun 2021. Memasuki pertengahan Januari 2022, harga terus meroket, tembus Rp 10.750 hingga Rp 11.000 per kilogram. “ Naiknya harga lumayan terasa. Kalau menaikkan harga tahu agak sulit. Solusinya, ukurannya diperkecil,” kata Hakim (45), perajin tahu di Kelurahan Pengantigan, Kecamatan Banyuwangi, Selasa (15/2/2022) siang.
Dalam sehari, Hakim membutuhkan 125 kilogram kedelai impor. Bahan baku ini didapatkan dari distributor asal Surabaya, Jawa Timur. Dari bahan baku itu, dia mampu menghasilkan 5.880 lembar tahu. “ Ini ukurannya sudah diperkecil. Per kotak cetakan hasilnya lebih banyak, dari 90 lembar menjadi 105 lembar,” jelasnya.
Harga tahu mentah ditawarkan Rp 500 per lembar. Dengan harga ini, untung yang diperoleh sangat tipis. Jika dinaikkan Rp 50, dikhawatirkan pelanggannya akan kabur. “ Kalau menaikkan harga, khawatir pelanggan pergi. Jadi, kami bertahan dengan harga lama dengan ukuran lebih kecil,” jelasnya lagi.
Selain tahu mentah, Hakim juga memproduksi tahu goreng. Harganya dinaikkan Rp 50 per biji. Dari Rp 600 menjadi Rp 650 per biji. Selain kedelai yang naik, pihaknya juga kelimpungan dengan harga minyak goreng. (udi)