Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani (tengah) sedang memaparkan kiat penanggulangan Penyakit TBC dalam Seminar Kesehatan. Bupati didampingi Kepala Dinas Kesehatan Gresik, Mukhibatul Khusnah (kanan). (foto/dra)

Gresik, (pawartajatim.com) – Dinas Kesehatan/ Dinkes Kabupaten Gresik menyelenggarakan seminar tentang Penanggulangan Penyakit TBC (Tuberculosis). Dinas ini  terus berupaya memantapkan langkah percepatan eliminasi Tuberculosis (TBC) melalui kolaborasi lintas sektor. Kali ini bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Gresik Dinkes menggelar Seminar Kesehatan bertajuk ‘Jaga Diri, Jaga Lingkungan: Waspadai TBC Sebelum Menyebar’ di gedung GNI setempat, Selasa (9/12).

Sebagai nara sumber seminar yaitu Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani dan Kepala Dinkes Mukhibatul Khusnah. Tampak hadir Kepala Puskesmas dan Pustu se- kabupaten Gresik, sejumlah pimpinan Pondok Pesantren Gresik dan segenap undangan.

Ketua PWI Gresik Deni Ali Setiono, membuka acara menegaskan, pentingnya keterlibatan pers dalam edukasi publik. Menurutnya, TBC merupakan penyakit yang tampak tidak mencolok namun berbahaya, sehingga perlu terus digaungkan kepada masyarakat.

“Kita ketahui TBC ini penyakit yang smooth tapi membahayakan. Tidak hanya Dinas Kesehatan, ini juga salah satu tugas pers untuk mengedukasi dan memberikan informasi yang positif kepada masyarakat,” ujar Deni.

Dia menambahkan, kerja sama PWI dan Dinkes Gresik telah terjalin sejak lama dan kembali dikuatkan lewat seminar ini. “Harapannya dari seminar yang dilanjutkan diskusi ini menjadi kontribusi dalam percepatan penanganan TBC di Kabupaten Gresik,” jelasnya.

Mengingat berdasarkan data ada 2.740 kasus TBC sepanjang tahun 2025 di Gresik. Dan dia berharap tahun 2028 kondisi bisa menjadi zero TBC. Kepala Dinkes Gresik Mukhibatul Khusnah memaparkan bahwa pemerintah daerah memiliki regulasi lengkap terkait penanganan TBC, mulai dari Peraturan Bupati hingga Keputusan Bupati.

Ia menegaskan bahwa percepatan eliminasi TBC merupakan bagian dari program prioritas Asta Cita Presiden Prabowo Subianto. “Eliminasi secara nasional ditarget tahun 2030, sementara Kabupaten Gresik berdasarkan Perbup menargetkan eliminasi TBC tahun 2028, dua tahun lebih cepat dari target nasional. Untuk itu, kolaborasi terus digencarkan,” terangnya.

Para peserta Seminar Kesehatan foto bersama dengan Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani. (foto/dra)

Mukhibatul menambahkan untuk mencapai target tersebut, maksimal sebaran TBC harus ditekan hingga 65 kasus per 100.000 penduduk. Angka saat ini masih berada di 199 kasus per 100.000 penduduk. Karena itu, pihaknya aktif melakukan temuan kasus sedini mungkin.

Pemkab Gresik telah melibatkan banyak pihak dalam skrining, seperti mengintegrasikan pemeriksaan TBC dengan skrining stunting di Posyandu hingga skrining diabetes. Saat ini, 10 Puskesmas juga telah mampu melakukan Tes Cepat Molekuler (TCM), sehingga pasien tidak perlu ke RSUD Ibnu Sina.

“Semua gratis mulai dari pemeriksaan, pendampingan hingga pengobatan. Harapannya tahun 2028 bisa menuntaskan target tersebut. Minimal 90 persen pasien yang ditemukan harus bisa diobati dan angka kematian turun drastis,” tambahnya.

Sementara itu Bupati  Gresik Fandi Akhmad Yani memberikan apresiasi atas sinergi Dinkes dan PWI dalam mendorong percepatan penanganan TBC. Ia menilai kolaborasi ini perlu dilanjutkan dalam bentuk kegiatan lapangan, salah satunya menyasar pondok pesantren untuk sosialisasi dan skrining TBC.

“TBC ini menjadi perhatian serius untuk semua pihak, baik pemerintah daerah, puskesmas, jurnalis dan lainnya. Tapi yang paling penting adalah, TBC bisa sembuh,” tegasnya. Gus Yani juga menekankan pentingnya menjaga lingkungan tempat tinggal dan tempat belajar, termasuk rumah dan asrama. Faktor kelembapan,

pencahayaan, dan ventilasi harus diperhatikan agar risiko penularan dapat ditekan. Ia meminta masyarakat segera melapor jika menemukan kasus TBC di lingkungan pesantren atau permukiman.

Selain itu, ia mengajak masyarakat menjalankan pola hidup bersih dan sehat, termasuk olahraga rutin, tanpa memberikan stigma kepada penderita TBC.

“Harapannya tidak ada diskriminasi di masyarakat. Memang TBC penyakit menular, tapi yang perlu digarisbawahi bahwa TBC bisa sembuh,” pungkasnya. (dra)