
Banyuwangi (pawartajatim.com)- Berhati bersih, pikirannya jernih. Itulah makna nama Daeang Macinong yang diberikan kepada Ketua Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) Cabang Banyuwangi, Dr. Hary Priyanto. Gelar kehormatan keluarga adat Mandar, Banyuwangi ini diberikan dalam upacara di Balai Adat Mandar, Banyuwangi, Jumat (7/11/2025).
Upacara dipimpin Ketua Adat Mandar, Puang Icang Daeng Galak. Pemberian gelar ini bukan sekadar formalitas. Bagi masyarakat adat Mandar di Banyuwangi, Hary dinilai memiliki dedikasi dan kiprah baik dalam memperkuat kehidupan sosial dan budaya masyarakat, khususnya di masyarakat adat Mandar, Banyuwangi.
“Mas Hary tidak hanya hadir sebagai sahabat, tetapi juga sebagai penuntun yang tulus membantu masyarakat Mandar Banyuwangi menjaga tradisi dan nilai-nilai kebersamaan. Gelar ini menjadi bentuk rasa terima kasih kami atas keteladanan dan pengabdiannya,” kata Puang Icang Daeng Galak.
Gelar kehormatan Daeng Macinnong adalah penamaan yang diwariskan dari cicit Imam Lapeo, ulama besar dan tokoh sufi asal Mandar, Sulawesi Barat. Dia dikenal dengan kebersihan hati dan kebijaksanaannya. Nilai-nilai ini sejalan dengan karakter dan dedikasi Hary Priyanto dalam pengabdian di masyarakat.
Bagi masyarakat Mandar Banyuwangi, sosok Hary dikenal aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan kebangsaan. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi kerap menyambungkan antara dunia akademik, komunitas adat dan pemerintah. Utamanya dalam menguatkan kearifan lokal. Dan, menumbuhkan nasionalisme.
“ Penganugerahan ini adalah kehormatan besar bagi saya. Gelar Daeng Macinnong bukan sekadar simbol, melainkan amanah moral untuk terus menjaga kearifan lokal, menumbuhkan kebersamaan, dan memperkuat jembatan antara dunia akademik dan masyarakat adat. Nama adalah sepenggal doa yang terus hidup nan mengiringi,” kata ayah dari Semilir Angin Nusantara dan Gemericik Air Bening Indonesia itu.
Gelar kehormatan itu, menurutnya, menjadi simbol sinergi antara akademisi, tokoh masyarakat, dan komunitas adat dalam memperkuat nilai-nilai sosial budaya di Bumi Blambangan.
Pemberian gelar dari masyarakat adat Mandar Banyuwangi ini bukan kali pertama. Sebelumnya, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mendapatkan gelar adat “Daeng Malolo”. Maknanya, wanita cantik mulia yang pemberani. Ada juga mantan Danlanal Banyuwangi, Letkol Laut (P) Hafidz mendapatkan gelar “Daeng Sasig” atau “Sang Pejuang Penguasa Samudra,”. Lalu, mantan Dandim 0825 Banyuwangi, Letkol. Kav. Joko Sukoyo menerima gelar kehormatan sebagai “Daeng Makkulau” yang berarti gagah dan berani. (udi)










