Presdir CIMB Niaga, Lani Darmawan (kanan) saat berkunjung ke Surabaya. (foto/onny)

Surabaya, (pawartajatim.com) – PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) terus memperkuat kinerja keuangannya di tengah tekanan terhadap pendapatan bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) yang dialami industri perbankan dalam dua tahun terakhir. Salah satu strategi utama yang dijalankan adalah memperbesar kontribusi pendapatan berbasis biaya (fee-based income) atau Non-Interest Income (NII).

Presiden Direktur/Presdir CIMB Niaga, Lani Darmawan, menjelaskan bahwa kompresi margin bunga memang menjadi tantangan besar bagi industri perbankan, termasuk CIMB Niaga. Namun, pihaknya telah mengantisipasi kondisi tersebut dengan memperkuat sumber pendapatan non-bunga dari berbagai lini bisnis.

“Kita tahu bahwa dalam dua tahun terakhir NIM di industri perbankan mengalami tekanan cukup besar, termasuk di CIMB Niaga. Karena itu, kami fokus untuk memperbesar porsi pendapatan non-bunga agar tetap menjaga kinerja yang sehat dan berkelanjutan,” kata Lani Darmawan, di Surabaya Kamis (9/10/25).

Saat ini, kontribusi fee-based income terhadap total pendapatan CIMB Niaga tercatat di kisaran 30–31 persen. Angka tersebut dinilai cukup tinggi dibandingkan rata-rata industri. “Secara absolut, kami menargetkan porsi fee-based income hingga akhir tahun tetap di sekitar 31 persen. Namun dalam jangka menengah, kami berharap kontribusinya bisa meningkat ke level 35 persen,” tambah Lani.

Kondisi Likuiditas Mulai Longgar, Biaya Dana Berpotensi Turun

Lani menuturkan, tekanan terhadap NIM dalam satu setengah tahun terakhir sempat menurun hingga lebih dari 70 basis poin. Namun, tren penurunan tersebut mulai menunjukkan tanda-tanda stabilisasi dalam dua bulan terakhir, seiring membaiknya kondisi likuiditas di pasar perbankan nasional.

Menurut dia, kebijakan pemerintah dan otoritas keuangan, termasuk langkah Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia dalam menyalurkan likuiditas sekitar Rp200 triliun ke bank-bank Himbara (Himpunan Bank Milik Negara), turut membantu meredakan persaingan bunga dana pihak ketiga (DPK).

“Kita lihat sekarang bank-bank tidak perlu lagi menawarkan bunga deposito setinggi sebelumnya. LDR (Loan to Deposit Ratio) juga mulai turun, artinya likuiditas di pasar membaik. Dengan kondisi ini, kami berharap biaya dana (cost of fund) bisa menurun dan memberi ruang bagi peningkatan margin di masa depan,” jelasnya.

Berdasarkan data internal, LDR CIMB Niaga di kuartal III 2025 tercatat sekitar 81,5 persen, menurun dibanding posisi kuartal I yang masih di kisaran 89–91 persen. Kondisi ini menunjukkan likuiditas yang relatif longgar dan sehat.

Kredit UMKM Tetap Tumbuh di Tengah Tantangan Daya Beli

Meski daya beli masyarakat dinilai masih menjadi tantangan utama, CIMB Niaga tetap mencatat pertumbuhan kredit yang positif, terutama di sektor usaha kecil dan menengah (UKM/UMKM).

“Kredit UKM kami masih tumbuh sekitar 7–8 persen secara tahunan, jauh di atas rata-rata industri yang stagnan di sekitar 1 persen. Ini menunjukkan potensi sektor riil masih besar, dan kami akan terus mendukung pertumbuhannya,” tutur Lani. (onny)