
Jakarta, (pawartajatim.com) – Phillip Trading Symposium sukses digelar di Hotel Shangri-La Jakarta Senin (15/9). Event penting yang merupakan bagian dari simposium tahunan Philip Group ini mengangkat tema “Commodities, Capital, Connectivity: Indonesia’s Triple Advantage”. Adapun kiprah Phillip Futures dalam industri derivatif di Indonesia telah berjalan selama 16 tahun, dan Phillip Nova yang merupakan induk dari Phillip Futures telah beroperasi selama 50 tahun dengan cakupan layanan berbagai instrumen keuangan.
Di Indonesia, Phillip Futures saat ini merupakan anggota dari Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) dan Indonesia Clearing House (ICH). Simposium ini tidak hanya menyatukan para pemimpin industri, regulator, dan investor untuk menjajaki masa depan futures trading di Indonesia, tetapi juga berfungsi sebagai wadah untuk berbagi pengetahuan tentang derivatif dan solusi teknologi.
Acara ini secara khusus bertujuan untuk mempertemukan seluruh pelaku industri derivatif, mulai dari trader, broker, bursa, regulator, hingga vendor teknologi di bawah satu atap, menciptakan kolaborasi yang erat untuk kemajuan industri.
Director, Marketing & Sales Channel Phillip Nova Pte Ltd, Fanti Apriliana Dwi, mengatakan, simposium ini menegaskan Indonesia memiliki potensi besar dalam industri futures trading. Dengan komoditas yang melimpah, modal yang berkembang, dan konektivitas yang terus diperkuat, Indonesia siap untuk menjadi pemain penting di panggung futures global.
‘’Kami melihat pertumbuhan yang signifikan karena semakin banyaknya eksposur ke berbagai segmen investor, tidak hanya para hedger. Untuk memanfaatkan instrumen futures guna mendorong pertumbuhan ekonomi, Indonesia sebaiknya fokus pada kekuatan utamanya, yakni komoditas,’’ kata Fanti Apriliana Dwi.
Dengan menggunakan futures, para pemilik perkebunan dan bisnis komoditas dapat mengelola risiko mereka dengan lebih baik, yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan bisnis”.
Sementara itu, Megain Widjaja Group CEO Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) mengatakan, simposium ini tentunya sangat menarik bagi para pelaku industri derivatif di Indonesia, yang dapat mengumpulkan para pelaku pasar baik itu Bursa, regulator, broker maupun investor yang tertarik dengan pasar derivatif komoditi.
Seperti kita ketahui, Indonesia saat ini ada perubahan terkait regulasi berdasarkan pemberlakuan UU Penguatan dan Pengembangan Sektor Keuangan (UUPPSK). Peran regulasi dalam industri ini sangat penting sebagai pondasi. Regulasi baru dengan adanya 3 regulator yaitu Bappebti, Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia, ini akan membuka peluang besar, dan ini akan menarik masuknya pasar yang sebelumnya tidak hadir, seperti bank dan institusi keuangan, sehingga pasar lebih beragam dan berkembang”.
Ia menambahkan, industri derivatif di Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang, dan disini perlunya investor dapat berpartisipasi lebih efektif di pasar. Untuk itu kunci utamanya adalah digitalisasi.
Di era saat ini, digitalisasi telah membawa disrupsi besar yang tidak hanya mendorong pasar untuk bertransformasi, tetapi juga membuka peluang untuk memperluas pasar. ‘’Kami melihat munculnya tipe partisipan pasar baru yang lebih beragam dan dinamis, dengan potensi pertumbuhan yang sangat besar,’’ ujarnya.
Untuk itu, ICDX berkomitmen untuk menghadirkan platform yang relevan agar dapat bersinergi dengan generasi investor baru ini, sehingga bersama-sama dapat menciptakan pasar yang lebih inklusif dan berdaya saing.
Indonesia, yang selama ini kerap disebut sebagai “raksasa yang tertidur”, kini mulai menunjukkan hasil nyata dan memiliki peluang besar untuk kembali menjadi pemain penting di panggung global. Terkait industri derivatif, di Indonesia telah memasuki babak baru dengan pemberlakuan UU No 4 tahun 2023 tentang Penguatan dan Pengembangan Sektor Keuangan. (bw)