Industri otomotif nasional melaju, GIIAS Surabaya 2025 jadi momentum penting untuk semakin mendongkrak penjualan otomotif. (foto/onny)

Surabaya, (pawartajatim.com) – Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) Surabaya 2025 resmi dibuka di Grand City Convex Surabaya, Rabu (27/8). Pameran otomotif yang diikuti sekitar 30 merek kendaraan ini akan berlangsung hingga 31 Agustus 2025, menampilkan beragam inovasi dan teknologi terbaru dari industri otomotif nasional maupun internasional.

Ketua Gaikindo, Yohannes Nangoi, menyebut Surabaya dan Jawa Timur/Jatim memiliki pasar otomotif yang besar dan potensial. Tren penjualan kendaraan di wilayah ini terus meningkat, sehingga ajang seperti GIIAS menjadi momentum strategis bagi produsen untuk memperluas jangkauan pasar.

Kontribusi Jatim terhadap industri otomotif nasional sangat signifikan. Wilayah ini didukung rantai pasok komponen yang kuat dan nilainya besar. Meski daya beli masyarakat sedang tertekan, permintaan kendaraan tetap tumbuh.

‘’Sekitar 80 persen pembelian dilakukan melalui pembiayaan, dan mobil di kisaran harga Rp 300 juta masih menjadi pilihan utama konsumen,” kata Yohannes, usai membuka GIIAS Surabaya 2025.

Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, Setia Diarta, memaparkan capaian industri manufaktur Indonesia pada 2024 yang cukup membanggakan.

Nilai tambah sektor manufaktur mencapai sekitar USD 256 miliar, menempatkan Indonesia di posisi ke-13 dunia. Di Asia, Indonesia masuk lima besar kontributor terbesar PDB manufaktur, sementara di ASEAN tetap unggul di atas Thailand dan Vietnam.

“Selama lebih dari 40 tahun, kontribusi manufaktur kita konsisten di atas rata-rata dunia. Kalau rata-rata global sekitar 70 persen, Indonesia bisa menjaga kontribusi di atas angka itu,” ujarnya.

Sepanjang 2024, industri manufaktur menjadi tulang punggung ekspor nasional dengan nilai ekspor produk manufaktur mencapai USD 156 miliar, atau 74,75 persen dari total ekspor, tumbuh 5,11 persen dibanding tahun sebelumnya.

Pertumbuhan industri pengolahan juga lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi nasional, yakni 5,6 persen berbanding 5,12 persen. Kontribusi sektor ini terhadap PDB naik dari 16,72 persen pada triwulan II 2024 menjadi 16,92 persen di triwulan II 2025.

Menurut Setia, struktur industri manufaktur Indonesia kini semakin kuat dan terintegrasi dari hulu ke hilir. Potensi besar juga terbuka di sektor industri alat transportasi, yang menjadikan Indonesia mitra strategis jangka panjang di kawasan.

“Event seperti GIIAS Surabaya ini bukan hanya ajang promosi, tapi juga terbukti mendorong daya beli. Di GIIAS Jakarta kemarin, penjualan meningkat hingga 12 persen,” tambahnya.

Pemerintah, kata Setia, terus memberikan insentif untuk mendorong pengembangan kendaraan listrik (EV) dan teknologi ramah lingkungan. Kapasitas produksi nasional saat ini sudah mencapai 1 juta unit per tahun, dengan ekspor yang mulai seimbang dengan penjualan domestik.

Produk otomotif Indonesia bahkan sudah merambah 90 negara. Meski demikian, tantangan tetap ada, terutama dalam transisi teknologi dari mesin bensin (ICE) menuju kendaraan listrik.

Produsen komponen perlu menyesuaikan diri dan memanfaatkan peluang di sektor lain seperti industri dirgantara dan perkapalan, yang memiliki kebutuhan teknologi serupa. Setia optimistis Surabaya akan menjadi salah satu kota kunci dalam pengembangan industri alat transportasi di Indonesia.

“Kepemilikan kendaraan di Indonesia baru 99 unit per 1.000 penduduk, jauh di bawah Malaysia, Thailand, dan Singapura. Tapi penjualan kita tertinggi di Asia Tenggara. Ini artinya, potensi pasar otomotif kita masih sangat besar,” tutup Setia. (onny)