CEO Krista Exhibitions, Daud D Salim (no 4 dari kiri) dan Yudi Ariyanto dari Disperindag Jatim (no 3 dari kiri) saat jumpa pers di Surabaya. (foto/ony)

Surabaya, (pawartajatim.com) – Pameran Surabaya Printing Expo (SPE) ke-18 kembali digelar di Grand City Surabaya, pada 9 – 12 Juli 2025 mendatang. Ajang tahunan terbesar di Jawa Timur/Jatim untuk industri percetakan, SPE 2025 menghadirkan lebih dari 150 peserta, termasuk pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta perwakilan vendor dari Jakarta, Surabaya, hingga mancanegara seperti Jepang, Tiongkok, Korea Selatan dan Eropa.

SPE 2025 tak hanya menampilkan teknologi cetak konvensional dan digital, tetapi juga memperkenalkan teknologi terbaru di bidang digital printing 3D. Teknologi ini kini banyak dimanfaatkan di berbagai sektor industry.

Mulai pembuatan signage, media promosi, prototyping mesin hingga alat medis. Dalam pameran kali ini, sejumlah peserta secara khusus memamerkan pemanfaatan teknologi 3D printing lintas sektor, termasuk dalam pencetakan kemasan produk.

Teknologi cetak kini berkembang pesat. Tidak hanya terbatas pada media kertas seperti buku atau brosur, tetapi juga menjangkau kemasan berbahan kertas dan plastik, bahkan ke sektor industri berat dan medis.

‘’SPE 2025 menjadi momentum penting untuk memperkenalkan kemajuan teknologi ini kepada pasar Surabaya dan Jatim,” kata CEO Krista Exhibitions, Daud D. Salim, penyelenggara pameran SPE, di Surabaya Kamis (3/7).

Menurut Daud, industri makanan dan minuman yang terus tumbuh tiap tahun menjadi pendorong utama perkembangan teknologi cetak, khususnya dalam pembuatan kemasan. Setiap produk makanan dan minuman membutuhkan kemasan.

”Kemasan perlu merek, dan merek tentu perlu dicetak. Maka, teknologi cetak dan desain menjadi bagian krusial dalam rantai pasok industri ini,” tambahnya. Selain pameran, SPE 2025 juga menghadirkan berbagai kegiatan pendukung seperti seminar manajemen desain kemasan yang digelar oleh DPD PPGI Jatim di hari pertama, serta kompetisi desain kemasan, bekerja sama dengan prospek packaging.

Dengan mengusung inovasi dan kolaborasi, SPE 2025 diharapkan menjadi jembatan antara pelaku industri percetakan, UMKM, dan pengguna akhir dalam menghadirkan solusi cetak yang lebih modern, efisien, dan berdampak luas.

Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Jatim, Yudi Ariyanto, menambahkan, pertumbuhan industri percetakan di Jatim cukup menjanjikan. Pada 2023–2024 saja, kenaikannya mencapai 9,42 persen.

Ini memperkuat posisi sektor percetakan sebagai salah satu tulang punggung industri pengolahan di daerah. Dari sekitar 800 ribu unit industri kecil, menengah, dan besar yang tersebar di Jatim, mayoritas (sekitar 96 persen) merupakan industri kecil.

”Khusus sektor percetakan, tercatat ada 4.734 unit usaha, baik skala kecil, menengah, maupun besar, yang tersebar di berbagai wilayah,” ungkap Yudi. (ony)