
Surabaya, (pawartajatim.com) – Dalam periode Januari hingga Mei 2025, Heartology Cardiovascular Hospital telah mencatat lebih dari 450 tindakan kardiovaskular, mencakup kasus intervensi, aritmia, kelainan struktural, dan bedah jantung mayor. Sejumlah kasus kompleks dan tindakan pertama di Indonesia juga berhasil dilakukan di rumah sakit ini.
“Pencapaian ini bukan sekadar jumlah, tetapi representasi dari sistem layanan jantung yang komprehensif, tepat guna, dan ditopang oleh teknologi medis yang mutakhir,” kata President Director Heartology Cardiovascular Hospital, dr Ridwan Tjahjadi Lembong, MM, MMRS, MBA, di Surabaya Selasa (24/6).
Dalam penegakan diagnosis, Heartology mengandalkan dua teknologi kunci: CT Scan 512-slice dan 4D Echocardiography. Menurut dia, teknologi CT Scan 512-slice memungkinkan visualisasi pembuluh darah koroner dan aorta secara sangat detail, dengan kecepatan tinggi dan dosis radiasi yang lebih rendah.
Hal ini menjadikannya alat unggulan dalam deteksi dini penyempitan, kalsifikasi, hingga aneurisma. Sementara itu, 4D Echocardiography memungkinkan pemetaan katup jantung secara real-time dalam dimensi spasial.
Teknologi ini sangat krusial dalam evaluasi kelainan struktural seperti kebocoran katup, stenosis, serta untuk perencanaan tindakan seperti TAVI atau MitraClip. “Dengan dua teknologi ini, kami dapat menegakkan diagnosis dengan presisi tinggi, bahkan sebelum pasien merasakan gejala berat. Ini adalah ‘mata’ utama kami dalam merancang keputusan klinis yang akurat dan aman,” ujar dr Ridwan.
Untuk tindakan invasif, Heartology menggunakan pendekatan berbasis teknologi presisi tinggi seperti Intravascular Lithotripsy (IVL) untuk kasus kalsifikasi berat, Pulsed Field Ablation (PFA) untuk aritmia kompleks, serta tindakan Transcatheter Aortic Valve Implantation (TAVI) dan MitraClip bagi pasien dengan risiko bedah tinggi.
Penanganan kasus lainnya yang juga rutin dilakukan adalah kasus-kasus di bidang Aorta, termasuk didalamnya adalah pelaksanaan prosedur kompleks seperti Bentall, Mitral Valve Replacement (MVR), hingga Double Valve Replacement (DVR), menjadikan rumah sakit ini sebagai salah satu rujukan nasional untuk tindakan jantung besar yang berisiko tinggi.
Pelaksanaannya dilakukan secara terstruktur, dengan dukungan tim bedah jantung, perfusionist, ICU jantung, hingga rehabilitas kardiovaskular pasca operasi. Heartology memang tidak berdiri sebagai rumah sakit umum. Sejak awal, rumah sakit ini dibangun dengan satu fokus: jantung dan pembuluh darah, dari hulu ke hilir.
Ada 6 subspesialisasi yang tersedia, termasuk interventional cardiology center, arrhythmia & device center, structural heart center, aortic center, heart, lung & vascular center, serta cardiac diagnostic center.
Setiap pasien ditangani oleh tim dokter multidisiplin, bukan hanya satu spesialis. Diskusi antar ahli dilakukan secara harian dalam case conference (heart meeting) untuk merancang terapi berbasis bukti medis dan prioritas risiko pasien.
Pendekatan ini terbukti memberikan hasil lebih baik, waktu rawat lebih singkat, dan angka keselamatan lebih tinggi. Salah satu misi Heartology sejak awal adalah menyudahi ketergantungan pasien Indonesia terhadap rumah sakit luar negeri untuk masalah jantung.
‘’Melalui teknologi, tim, dan sistem pelayanan yang modern, Heartology ingin membangun kepercayaan bahwa perawatan jantung kelas dunia bisa didapatkan tanpa harus meninggalkan tanah air,” ujarnya.
Kini, Heartology telah menjadi rumah sakit rujukan bagi pasien dari berbagai daerah termasuk yang sebelumnya berencana melakukan tindakan di luar negeri, namun kemudian memutuskan untuk dirawat di Jakarta.
“Kami tidak hanya menawarkan layanan, tapi juga perasaan tenang dan lega. Bahwa pasien tidak perlu lagi bingung mencari jawaban atau melakukan tindakan terkait kardiovaskular di negara lain. Di sini, mereka bisa mendapatkan penanganan dengan komprehensif, efektif, dan efisien juga bahkan lebih,” tegas dr. Ridwan. (ony)