Executve Chef Hotel Batiqa, Ode Hardian. (foto/ist)

Surabaya, (pawartajatim.com) – Executve Chef Hotel Batiqa, Ahli masakan Jepang dan Italia. Apa hubungan musik dengan masakan? Keduanya menawarkan keindahan dan kenikmatan rasa. Jika musik memuaskan telinga, maka masakan bisa memuaskan lidah. Keduanya bermuara pada hati, sebagaimana iklan sebuah produk kecap, ‘Rasa tidak pernah bohong’.

Adalah Ode Hardian, Executve Chef Hotel Batiqa. Laki-laki asli Banten kelahiran 17 Oktober 1982 ini berhasil menjalankan dan memadu padankan kedua aktifitas tersebut dalam waktu yang bersamaan. Yaa,…. Selain menekuni profesi masak memasak di tempat kerjanya, yaitu di Hotel Batiqa Jl. Darmokali Surabaya, pria tampan dengan potongan rambut plontos ala bintang film dalam film Tear Of The Sun ini juga menekuni aktifitas sebagai seorang seniman musik dengan posisi gitaris sebuah group musik rock yang kerap manggung dari cafe ke cafe.

Biasanya membawakan lagu album dari Dewa atau Gigi. Tampaknya chef berdarah Cina dan Sunda ini berhasil mengembangkan filosofi dan nilai keseimbangan dalam hidup yang sangat dijaga oleh masyarakat Baduy tempat dia berasal.

Ode menghabiskan masa kecil dan menempuh pendidikan TK, SD, SMP, SMA di Labuhan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Keluarganya berkecimpung  di usaha catering. Sejak SD kelas lima, Ode kecil sudah mengenal aktifitas memasak.

Karena ia kerap membantu ibunya memasak. Rendang dan empal gepuk adalah menu yang sangat disukainya sejak anak- anak hingga sekarang. Setelah lulus SMA, Ode terpesona dengan seorang kerabatnya yang bekerja di hotel karena memiliki uang banyak.

Karena itu, timbul keinginan untuk bisa bekerja di hotel. Atas arahan familynya tersebut, Ode melanjutkan pendidikan di Sekolah Hotel Surabaya (SHS) jurusan manajemen perhotelan. Lulus dari SHS, Ode kemudian bekerja di Restoran Oriental Jl. Panglima Sudirman, lanjut Hotel Hilton Patra Jasa,  kemudian Majapahit Mandarin Oriental.

Bebek rempah, menu istimewa buatan Executve Chef Hotel Batiqa, Ode Hardian. (foto/ist)

Kemudian bekerja di Dolomiti Ice Cream Cafe di Sidoarjo, Boga Group Jatim dan ditugaskan di Kimu Katsu, Saburi dan Kintan, Onokabe. Lalu Ismaya Group di Kitchen Nette, Carnaby, Hotel Kampi, dan sekarang berkarir di Hotel Batiqa sebagai Executve Chef.

Sebagai seorang chef profesional dan berpengalaman, Chef Ode sangat menguasai Japanese dan Italian Western. Dia pernah mengeluarkan menu Istimewa. Yaitu, salmon hana roll with truffle oil, beef manicotti.

Bahkan, kedepan dia berencana untuk  mengeluarkan menu baru yaitu salmon and croute, dan avocado croustune. Menu favorit lain paling diminati tamu adalah bebek rempah, menggunakan setengah ekor bebek dan bercita rasa gurih, asin, pedas karena diberi aneka bumbu rempah pilihan seperti bawang bombay tomat cheri, serta direndam bumbu kuning ketumbar, kemudian digoreng. Bebek rempah ini dibanderol hanya dengan harga Rp 95 000.

Walaupun sangat menyukai menu bebek yang merupakan salah satu menu favorit nusantara, namun Chef Ode mengakui bahwa membuat masakan Indonesian food terbilang cukup rumit dan sulit. Hal ini karena adanya penggunaan bumbu rempah-rempah yang sangat banyak ragamnya.

Sehingga menghasilkan cita rasa yang berbeda. Selain itu, belum ada patokan atau standar rasa yang baku di setiap daerah. Contohnya pecel dan rawon, ada pecel Blitar, Kediri, Madiun, dan Ponorogo. Semuanya memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri.

“Justru membuat menu masakan Japanese food lebih mudah dan simple,” kata Executve Chef Hotel Batiqa Surabaya, Ode Hardian, kepada pawartajatim.com, di Surabaya Selasa (21/1). Menurut Chef yang membawahi lima orang anak buah ini, setiap orang ditakdirkan memiliki tangan yang berbeda-beda dalam memasak. Hal ini terkadang berpengaruh pada rasa masakan yang dihasilkan. Sebut saja membuat nasi goreng.

Pada saat yang bersamaan, kelima bawahannya tersebut membuat nasi goreng dengan bahan, alat, ingrident, SOP yang sama, bisa jadi hasilnya tetap ada perbedaan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor teknis suhu panas kompor, serta tingkat pengalaman masing-masing orang.

Sebagai Executve Chef, Ode bertanggung jawab untuk bertindak sebagai quality control, dia melakukan koreksi rasa yang dihasilkan. “Saat breakfast pun, saya turun langsung melakukan pengecekan, bahkan itu dilakukan sampai dua kali kontrol, oleh staf dan saya sendiri,” jelas warga Gunung Anyar Tambak ini.

Chef Ode bekerja dengan penuh semangat dan inovasi saat mengabdi di Hotel Batiqa tempat dia bekerja.Berbagai sentuhan baru dilakukan dalam membuat event dan program. Pada event Tahun Baru 2025, dia menawarkan konsep Candy land yang tidak pernah ada di tempat lain. Mulai dari konsep, tema, dekorasi, hingga menu dipersiapkan secara matang dan teliti.

Hasilnya saat event digelar, berhasil mencapai 100 prosen reservasi. Ruangan Rooftop Darmo dan Fresqa Restoran pun dipenuhi oleh para tamu. Untuk momen Valentine bulan depan, Chef Ode menyiapkan Romantic Dinner 12, pada event tersebut disajikan menu special perpaduan Italian dan Japanese. Yaitu, menu gelato.

Untuk Iftar Ramadhan, disiapkan tiga tema menu masakan. Yaitu, Japanese Italian dan Thailand. Dengan mengusung menu dari masing masing negara tersebut, Chef Ode optimis akan diminati disukai para tamu.

“Saya memang penganut aliran anti mainstream, suka berbeda dari kebiasaan orang kebanyakan,” ungkap chef yang pernah melayani Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi ini.

Walaupun selalu bekerja profesional dalam menjalankan aktifitasnya, sebagai manusia biasa, Chef Ode kerap didatangi oleh perasaan tidak nyaman. Bila saat memasak perasaan tidak mood itu datang, ayah tiga anak.memilih berhenti sejenak, kemudian melakukan videocall dengan anak-anaknya.

Hal itu dapat mengembalikan suasana hatinya kembali normal. Bagi Chef Ode, timnya di dapur adalah aset yang sangat berharga yang harus dijaga komposisi dan kesolidan nya. Karena itu, yang sangat menyedihkan baginya adalah saat kehilangan anggota tim. Padahal formasi sudah solid.

“Untuk menjamin kesolidan tim, saya sering rapat berkala, dan pernah suatu ketika  melakukan meeting jam 23.00 di pinggir jalan sambil evaluasi,” ujar pengagum Chef Aldo asal Italia yang merupakan mentor  waktu di Ismaya.

Impian terbesar dalam diri Chef Ode adalah  membuat restoran khas Sunda di Surabaya,  dengan menu utama pais buri, dan empal gepuk yang juga merupakan menu favoritnya selama ini. (nanang)