Queen Anneysa Kabeer Lukito, pelajar kelas 8 SMP Negeri 1 Surabaya. (foto/red)

Surabaya, (pawartajatim.com) – Permasalahan sampah di Kota Surabaya saat ini menjadi isu yang serius dan menjadi perhatian masyarakat maupun Pemerintah Kota Surabaya, terutama sampah organik. Berangkat dari keprihatinan itu, Queen Anneysa Kabeer Lukito, pelajar kelas 8 SMP Negeri 1 Surabaya membuat proyek tentang pengolahan sampah organik secara berkelanjutan dengan Maggot BSF (Black Soldier Fly) sebagai pengurainya.

Bahkan, dari inovasi pengolahan sampah tersebut, remaja kelahiran Surabaya, 15 November 2010 ini mampu mendirikan Qumagot atau Queen Rumah Maggot, yang berada di kawasan Jalan Kedung Cowek Surabaya atas bantuan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya.

Qumagot dibangun sejak Februari 2024 sebagai tempat pengolahan sampah organik. Queen dibantu beberapa pekerja mengolah sampah organik hingga menghasilkan berbagai produk. Mulai dari maggot kering, maggot fresh, pupuk organik kasgot (kotoran bekas maggot), pupuk organik kompos (pengomposan tong aerob), hingga selongsong pupa (pakan ternak khusus bebek atau itik).

”Saya ingin membantu mengatasi permasalahan sampah, terutama sampah organik dengan menggunakan maggot BSF, sekaligus membantu mengurangi tumpukan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) di Benowo Surabaya,” kata Queen, di Surabaya Senin (16/9/2024).

Queen Anneysa Kabeer Lukito, pelajar kelas 8 SMP Negeri 1 Surabaya. (foto/red)

Ia menjelaskan, sampah organik yang diolah di Qumagot ini bisa menghasilkan maggot fresh 100 hingga 150 kilogram dalam sebulan. Sedangkan, untuk pemberian pakan ke maggot mencapai 150 kilogram setiap hari.

”Dari maggot untuk dijadikan pupuk organik kasgot maupun pupuk organik kompos hanya membutuhkan waktu satu bulan, dan bisa menghasilkan sekitar 100 sampai 200 kilogram pupuk,” jelas anak ke-2 dari 2 bersaudara ini.

Queen menyebut, sejak Qumagot ini didirikan, yakni mulai Februari hingga September 2024, sampah organik yang dikumpulkan mencapai 33 ton. Queen mengaku, sampah-sampah tersebut, dikumpulkan sendiri dari sekitar rumah, sejumlah warung dekat rumah, perkampungan warga, hingga sejumlah pasar tradisional di Surabaya.

”Biasanya, saya ambil sampah setelah pulang sekolah. Tapi, kalau Sabtu-Minggu saya libur, jadi saya berkeliling mengambil sampah pakai motor roda tiga sampai di beberapa pasar di Surabaya. Terutama di Pasar Keputran dan Pasar Pogot Surabaya,” ungkap anak pasangan dari Lukito Ramadani dan Indah Restu ini.

Queen mengatakan, pupuk organik kasgot maupun pupuk kompos yang dihasilkan dari maggot tersebut, dijual kepada warga sekitar dengan harga terjangkau, yakni Rp 5 ribu per kilogram. Uang hasil penjualan tersebut, digunakan Queen kembali untuk biaya pengolahan maggot.

Kepedulian Queen terhadap lingkungan ini sudah dilakukan sejak masih duduk dibangku Sekolah Dasar (SD). Hal itu dibuktikan dengan sejumlah prestasi dan penghargaan yang diraihnya di bidang lingkungan.

Antara lain, Juara 1 Keluarga Sadar Iklim Tanggap Bencana Tingkat Nasional 2023, Juara 1 Eco Student (Junior) of The Year 2023, Juara 1 Eco Student (Elementary) of the Year 2022, dan Juara 1 Presentasi Lingkungan Hidup 2022 Tingkat Kota Surabaya.

Selain itu, Juara 1 Pembina Kampung Mitra Terbaik 2022 Tingkat Kota Surabaya, Juara 1 Pembina Kampung Ikon Terbaik 2022 Tingkat Kota Surabaya, dan Juara 1 Putri Lingkungan Hidup Favorit 2021 Tingkat Kota Surabaya. Saat ini, Queen juga masuk sebagai Finalis Pemilihan Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup 2024 Kota Surabaya.

”Saya berharap maggot dan pupuk yang dihasilkan dari sampah di Qumagot ini, bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitar, serta bisa membantu Pemerintah Kota Surabaya dalam mengurangi permasalahan sampah perkotaan,” pungkas Queen. (red)