Surabaya, (pawartajatim.com) – Memasak dan touring adalah dua aktifitas yang jauh berbeda. Tetapi memiliki dimensi dan karakter yang penuh tantangan. Setidaknya itulah yang dirasakan oleh Sous Chef Hotel Yello Surabaya, Chef Zainul Arifin. Pria kelahiran Sidoarjo, 3 April 1991 berpendapat bahwa kedua aktifitas itu menarik karena penuh perhitungan, keyakinan, dan tantangan.
Sampai sekarang Zainul Arifin masih suka naik motor keliling daerah. Perjalanan ke barat sudah sampai Jakarta, sedangkan perjalanan ke timur sudah sampai ke Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
Zainul Arifin muda memilih untuk kursus di Diploma satu Perhotelan Surabaya Hotel School (SHS) di Joyoboyo Surabaya, setelah menyelesaikan sekolah TK, SD, SMP, SMA di Sidoarjo. Bagi Zainul Arifin, memasak itu kebutuhan, karena itu bisa memasak adalah suatu keharusan.
Pada setiap acara OSIS, kampung, maupun paskibra, dua selalu mendapat bagian membantu masak. Terutama masak nasi Goreng, mie goreng, telur dadar, dan pisang goreng. Awalnya, setelah lulus sekolah, bingung mau masuk ke sekolah mana.
Pilihan yang ada adalah otomotif. Tetapi oleh kakak ipar disarankan untuk masuk SHS, mengambil jurusan Food & Beverage (F&B) produk. Sebelum lulus, dia diterima magang di Sheraton selama 6 bulan kemudian, keluar, dan keluar, lanjut kerja casual di beberapa hote dengan sistim on call.
Sekitar November 2019 di tawari kerja di Taurus Gemilang Catering, dengan outlet nya Singosari lounge, dan Trowulan Lounge di Bandara Juanda. “Saya melayani sekitar 200 pax perhari, jika musim haji, Natal, tahun baru, bisa sampai 400. Pax. biasanya makanannya adalah Chinese food,” kata Sous Chef Hotel Yello Surabaya, Chef Zainul Arifin, kepada pawartajatim.com, di Surabaya Rabu (20/8).

Awal 2011 Zainul Arifin balik ke Sheraton sampai 2014 akhir. Sempat nganggur sampai Maret 2015, dan sempat buka usaha sendiri, jualan penyetan sambal bledek di daerah Tulangan. Terus bekerja di Varna Hotel sekitar 1 bulan, lalu di Haris Gubeng, disana ketemu Chef Fahriansyah, ketua Indonesian Chef Associate (ICA) Jatim.
Dari chef tersebut dia belajar memanage team dengan baik. Zainul Arifin juga belajar dari Chef Heri, yang merupakan spesialis lamien, terus kepada Chef Parni dan Sifu Hayam, seorang ahli Chinese food. Bagi Zainul Arifin, mereka semua orang hebat di group Ascott.
“Setelah itu saya lanjut bekerja di Hotel Yello sampai sekarang, dan menjabat Sous Cheff,” jelas warga Tulangan Sidoarjo ini. Saat bekerja di Hotel Yello, Chef Zainul Arifin telah mengeluarkan menu istimewa yaitu nasi goreng, rawon buntut, bebek Hitam, nasi betutu, sate lilit, banana muffin, serta minuman teh crisantium.
Bagi Chef Zainul Arifi,n bahan, alat, method, dan chef mumpuni semuanya berhubungan. Karena itu jika alat lengkap, maka aktifitas memasak semakin mudah. Kerjasama tim yang baik, bisa mengurangi mood yang jelek. Karena itu Chef Zainul Arifin memilih untuk mendengarkan musik
barat lama, terutama lagunya Jhon Lennon, berjudul Imagine untuk mengusir rasa lelah, resah, gundah, dan gulana. Zainul Arifin termasuk chef yang meyakini bahwa tangan setiap orang berbeda, ada pengalaman berharga waktu bekerja di Hotel Sheraton ada chef Arwan, yang masak tanpa pernah menggunakan micin.
Ada kisah sukses, bersama dengan Chef Yuli, saat lomba di Flores yaitu mengkreasikan makanan sehat non beras, mereka memenangkan lomba tersebut dengan menggunakan bahan makanan dari talas dan ikan tuna yang banyak melimpah di daerah tersebut.
“Ada nasihat bijak salah seorang Executive Sous Chef, bunyinya kurang lebih seperti ini : kalau belum pintar jangan nakal, dan orang pintar pasti tidak nakal,” ungkap pria penuh senyum dan keramahan ini.
Membuat tamu tidak puas sampai komplain karena masakan yang diinginkan tidak tersedia, adalah hal yang paling menyedihkan bagi Chef Zainul Arifin. Dan Zainul Arifin juga merasa senang karena kebanyakan order dari tamu sampai hari ini selalu sampai tambah, terutama menu nasi goreng, sop buntut, bahkan seblak menjadi menu paling laris manis.
Secara pribadi, seperti halnya chef yang lain, masakan yang paling disukai Chef Zainul Arifin adalah teri jengki buatan ibundanya, sedangkan makanan yang tidak disukai adalah buah yang memiliki bau menyengat seperti durian, dan nangka. (nanang)











