Surabaya, (pawartajatim.com) – Berbekal doa ibu, Chef Ahmad Supardi merambah era digital. Berawal dari mimpi seorang ibu, yaitu ibu dari Chef Ahmad Supardi, Executive Chef Morazen Hotel Surabaya.
Sejak lama, ibu dari Chef Ahmad Supardi sering dipanggil untuk diminta membantu memasak kalau ada tetangga yang menggelar hajatan, dan Ahmad Supardi pun juga ikut membantu ibunya. Karena sering membantu ibunya.
Sang Ibu tak keberatan saat Ahmad Supardi, memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan melanjutkan pendidikan pada diploma 3 Perhotelan Universitas Merdeka Malang, supaya kelak dia bisa bekerja di hotel.
Seorang chef tidak hanya dituntut bisa memasak, tetapi juga harus mampu mengatur dan memegang manajemen dapur, menjaga kepentingan serta keinginan selama tamu 1 x 24 jam.
”Selain itu harus paham tentang ilmu gizi dan nutrisi,” kata Executive Chef Morazen Hotel Surabaya, Ahmad Supardi, kepada pawartajatim.com, di Surabaya Jumat (16/8/2024). Karir Chef Ahmad Supardi, di dunia hospitality dimulai dari Alam Kulkul Bali sebagai casual, lalu Garden Palace, kemudian Hotel Surya, lanjut Shangri-La, terus ke Shangri-La Toronto Canada.
Kemudian balik lagi ke Indonesia, yaitu di Agrowisata Malang, lanjut Sheraton Solo, Melia Purosani Jogja, pindah ke Holiday Inn Bandung, terus Novotel Palembang, Karirnya berlanjut ke Kagum Manajemen Hotel MGM Management Hotel Bekasi, Sunan Solo, Royal Ambarukmo, Santika Premiere Bekasi, Aston Cirebon, Grand Dafam Signature dan Morazen.
Bagi Chef Ahmad Supardi yang lahir di Malang, 2 Mei 1972 ini, setiap hotel pasti ada perbedaan. Baik tentang visi maupun stylenya, General Managernya. Menurut ayah dari satu anak ini, masakan yang susah pengerjaannya adalah masakan Indonesia, karena banyak menggunakan racikan banyak rempah-rempah sebagai bumbu.
Sedangkan masakan Eropa, bumbunya sudah ada dikemas, disertai recipe dan methodnya. Dan itupun dengan mudah bisa dibeli di toko. Selama menjalani profesi masak memasak sudah melahirkan banyak karya menu.

Antara lain, kambing bumbu tomat, asem asem bandeng blimbing wuluh, patin bakar kemangi, dan ayam kremes kelapa. Selain itu Chef Ahmad Supardi, juga banyak memadukan menu tunggal bersama menu lainnya.
Misalnya mendol dipadukan dengan sayur asem, atau urap-urap, atau perkedel dengan sayur sop. Chef Ahmad Supardi sendiri mempunyai menu kesukaan yaitu sayur kunci plus tempe , dipadu sambal mentah, dan dadar jagung.
Sedangkan masakan yang tidak disukai adalah masakan non halal. “Yang menentukan masakan enak adalah bahan, alat, method teknik, timing, karakter masakan, misalnya mengelola daging sapi berbeda dengan mengelola daging ayam,” jelas chef yang lancar berbahasa Inggris ini.
Sebagai insan religius, Chef Ahmad Supardi, juga meyakini bahwa setiap tangan setiap orang berbeda, walaupun seorang chef sekalipun. karena itu perlu ada standar of operasional (SOP.).
Setiap ada event, Chef Ahmad Supardi selalu mencurahkan seluruh kemampuannya untuk menghasilkan menu serta layanan yang terbaik. Dia memastikan setiap semua event berbasis konsep, mulai melihat pangsa pasar, dan mengujinya dengan menggunakan analisa SWOT.
Contohnya saat event Iftar Ramadhan tahun ini, walaupun ada peningkatan reservasi sebesar lebih dari 150 persen, tetapi tetap ada perpindahan dari tamu yang biasanya buka puasa di hotel ke restoran mie kekinian.
“Trend Perpindahan ini diawali dari Chinese food, lalu western, kemudian japanese, lanjut Korean, dan kemudian terakhir Midle East,” ungkap chef senior ini. Chef Ahmad Supardi, merasa bersyukur karena ada fasilitas memasak khusus yang tidak ada di hotel lain.
Yaitu, tandoor atau tungku dalam tanah khas India dan Timur Tengah. Alat ini biasa digunakan untuk memasak masakan, seperti canai, cokta, dan chicken masalla. Dalam pandangan Chef Ahmad Supardi, profesi chef adalah karir yang unik, karena bisa membuat orang lain merasa puas dengan masakan hasil karyanya.
Selain itu chef merupakan profesi dengan karir internasional. “William baker dari Amerika Serikat, Michelle Cammy dari Perancis, dan Harradz dari India merupakan chef panutan bagi banyak chef,” tambah chef senior ini.
Percaya diri, menghargai diri dan mengerti diri sendiri sebelum berinteraksi dengan orang lain merupakan prinsip dasar yang harus dimiliki oleh chef yang ingin sukses. Jadi seorang chef tidak perlu meminta nilai dari orang lain, karena nanti orang lain pasti melakukan penilaian.
Hal yang menyedihkan bagi Chef Ahmad Supardi, adalah menolak keinginan tamu yang pesan suatu menu karena kondisi.dan keterbatasan. Misalnya, bahan masakan habis. Karena itu Chef Ahmad Supardi, berusaha untuk selalu menjaga perasaan tamunya.
Era digital seperti sekarang ini, sudah banyak profesi yang tergerus dan hilang karena kemajuan teknologi, misalnya costumer service. Tetapi tidak dengan keberadaan chef, seorang chef tidak ada matinya.
“Selama orang butuh makan, chef tetap dibutuhkan banyak orang,” pungkas Chef Ahmad Supardi. Sebagaimana chef lainnya, impian terbesar Chef Ahmad Supardi juga memiliki usaha di bidang kuliner, tetapi ada yang berbeda, yaitu menjadikan anak semata wayangnya menjadi penerusnya. (nanang)











