Surabaya, (pawartajatim.com) – Lika liku laki-laki penguasa dapur Premier Place Hotel Surabaya Airport. Perjalanan kehidupan Andi Abidin, terbilang sangat moncer pria kelahiran Malang, 27 Februari 1972 ini tidak hanya menjadi seorang Chef yang sukses, tetapi juga berhasil menjadi seorang Executive Chef hotel berbintang di Sidoarjo.
Yaitu, Premier Place Hotel Surabaya Airport. Di hotel ini dia membawahi delapan orang staf. Tak hanya itu, pria yang tinggal di Candi Sidoarjo ini juga menjabat sebagai Ketua Badan Pengurus Cabang Indonesian Chef Associate (ICA) Kabupaten Sidoarjo.
Perjalanan karir Chef Andi Abidin di bidang Kuliner dimulai setelah lulus dari PPLP Diana Pura Denpasar Jurusan Food & Beverage Product pada 1993. Chef Andi Abidin masuk dunia perhotelan, dimulai dari Hotel Grand Mercure.
Di sana dia bekerja selama 7 tahun, kemudian vakum, lalu buka usaha catering sendiri selama 7 tahun, yaitu 2003-2010. Berlanjut di Solo Paragon 2010-2012, Hotel Surya 2012-2015, kemudian pada 2015 masuk Hotel Premier Palace.
“Selama menjadi Chef, ada produk menu istimewa, yaitu grill salmon ubi ungu yang menggunakan lemon, kapulaga, dan cengkeh,” kata Executive Chef Premier Place Hotel Surabaya Airport, Andi Abidin, kepada pawartajatim.com, Rabu (14/8/2024).
Dia memiliki pandangan yang berbeda dari kebanyakan chef yang ada di Surabaya yang meyakini bahwa setiap orang memiliki tangan yang berbeda-beda dalam memasak dan menghasilkan suatu masakan.
“Bagi saya yang berbeda itu feeling atau perasaan, termasuk bagaimana cara menyeimbangkan seasoning, contohnya gudeg asli Jogja dan gudeg Surabaya rasanya berbeda,” jelas chef yang tegas dan lugas ini.
Chef Andi Abidin menjelaskan teknik memasak itu juga bergantung pada waktu dan pengaruh dari panasnya suhu api yang digunakan. Makanan yang disukai Chef Andi Abidin adalah masakan Indonesia, dari berbagai daerah di Nusantara.

Contohnya woku dari Manado Sulawesi Utara. Walaupun masakan Indonesia terbilang susah membuatnya, karena bumbunya banyak. Dan bila dikurangi atau ditambah salah satu bumbunya, maka bergeser menjadi makanan yang lain.
Contohnya dari bahan daging kambing bisa dibuat gule, kare, tongseng, dan tengkleng. Demikian juga dari sayur sop ditambah kecap, bawang Bombay, cabe, dan bahan lain seperti tahu, daging atau ayam, bisa menjadi semur.
Masakan China dan masakan baret, bagi Chef Andi Abidin tergolong masakan yang mudah dibuat, karena lebih banyak mengandalkan saus dan pasta saja. Sebagai manusia biasa Chef Andi terkadang juga sering mengalami bad mood, dan jika perasaan seperti itu dating.
Dia tetap bekerja sembari guyonan dengan chef yang lain, kadang juga mendengarkan musik slow rock kesukaannya. “Ada hal yang menyedihkan yang diingat hingga sekarang, yaitu ada tamu yang sakit perut dan mengklaim karena makan masakannya, padahal ratusan tamu yang lain tidak mengalami apa-apa,” ungkap ayah lima anak ini.
Sementara hal yang menyenangkan hatinya adalah mendapatkan apresiasi dari tamu karena puas dengan layanannya, tamu tersebut tidak hanya memberikan uang tip, tetapi juga menjadi akrab. Ditengah kesibukan sebagai Executive Chef dan ketua BPC ICA, Sidoarjo, Chef Andi Abidin masih sempat menjadi pelatih Jiu Jitsu.
Dia merasakan bahwa ada kesamaan antara aktifitas tersebut dengan memasak, yaitu mengandalkan kecepatan dan kekuatan tangan. Kelak jika sudah pensiun, Chef Andi Abidin punya usaha kuliner sendiri yang cukup besar, sehingga memungkinkan dia bisa jalan-jalan, karena usaha miliknya tersebut benar-benar jalan. (nanang)











