Banyuwangi, (pawartajatim.com)- Pengelolaan sampah di Banyuwangi menggunakan teknologi canggih. Kapasitasnya besar, puluhan ton. Seperti di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Reduce Reuse Recycle (TPS 3R) di Desa Balak, Kecamatan Songgon.

Tak sekadar menampung, TPS Balak ini mampu menyulap sampah menjadi uang. Bahkan, menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD) lumayan besar. TPS ini juga menyerap tenaga kerja cukup banyak. Dampaknya, ekonomi di sekitarnya bergerak.

Beroperasi Februari 2022, TPS Balak mengolah sampah dari 44 desa, tersebar di 6 kecamatan. Diantaranya, Kecamatan Songgon, Singojuruh, Sempu dan Rogojampi. Meski terbilang baru, fasilitas ini mengolah sampah 10-11 ton per hari. “Sampah ini didatangkan dari 17 desa yang sudah bekerjasama dengan TPS Balak,” kata Kepala UPT Pengolahan Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Banyuwangi, Amrul dalam media visit di TPS Balak, Kamis (27/6/2024) siang.

Pembangunan TPS Balak hasil kerjasama Pemkab Banyuwangi dengan PT Systemiq Lestari Indonesia. Inovasi ini implementasi program Banyuwangi Hijau yang digagas Bupati Ipuk Fiestiandani. Luas lahannya mencapai 1,5 hektar. Tekhnologinya sangat modern. Pun dengan manajemen pengelolaannya. Petugas yang diterjunkan juga profesional.

Sampah yang terkumpul dari desa diangkut ke TPS. Ada yang menggunakan truk. Ada juga memakai kendaraan roda tiga. Begitu masuk, kendaraan sampah melewati timbangan digital. Tujuannya, menghitung kapasitas sampah yang masuk. Sampah kemudian diturunkan, lalu dinaikkan ke proses pemilahan menggunakan mesin. Tumpukan sampah berjalan otomatis. Di lantai atas, belasan pegawai siap menyambut untuk melakukan pemilahan. Sampah dipilah jenis organik dan non organik.

Khusus sampah non organik dibedakan dalam 32 jenis sampah. Masing-masing karyawan bertugas memilah sampah sesuai jenisnya. Satu orang memilah 10 jenis sampah. Ada botol plastik, bungkus rokok, plastik warna dan lainnya.

Sampah plastik dan non organik dimasukkan ke dalam karung. Sedangkan sampah organik dicemplungkan ke cerobong khusus. Cerobong ini terhubung dengan mesin conveyor belt. Selanjutnya, secara otomatis diproses menjadi kompos. Sementara, sampah plastik dan non organik lain dikemas dengan cara ditumpuk menggunakan mesin khusus. “ Sampah ini yang bernilai jual. Sudah ada pembeli yang menampung,” jelas Amrul.

Tak ada satupun sisa sampah yang ditampung di TPS Balak. Sampah yang tak diproses kembali dikumpulkan, lalu dibawa ke tempat penampungan akhir (TPA). Namun, jumlahnya sangat kecil. Sebab, hampir semua sampah yang masuk bisa diolah menjadi uang.

TPS Balak merupakan pengembangan pengolahan sampah di TPS Tembokrejo, Kecamatan Muncar. Dinilai berhasil, cakupan pengolahan sampah  ini diperluas. Khusus TPS Balak targetnya bisa menampung sampah dari 250.000 warga di 6 kecamatan. “ TPS Balak ini adalah fase pertama. Nanti, targetnya ada fase lanjutan untuk menampung sampah dengan cakupan lebih banyak,” kata Project Manager Banyuwangi Hijau, Lintong Manik.

Saat ini pihaknya berkolaborasi dengan pemerintah desa untuk meningkatkan pengolahan sampah di TPS Balak. Termasuk, gencar melakukan sosialisasi pengolahan sampah. Targetnya, Banyuwangi bisa mengurangi emisi karbon akibat pembakaran sampah. (udi)