Surabaya, (pawartajatim.com) –   Pemilihan kepala daerah (Pilkada) Jawa Timur  yang kurang beberapa bulan, terus menghangat.  Tak hanya siapa  yang akan menantang petahana gubernur, tetapi juga siapa saja  yang akan maju mencalonkan diri dan dicalonkan  untuk maju menjadi calon wakil gubernur (cawagub)  Jawa Timur.

Seperti diketahui, partai-partai  kini masih mencoba untuk menyodorkan nama-nama kader partai, sehingga kans para ketua DPD partai-partai  di Jatim terus menguat. Akhir-akhir ini muncul nama Muhaimin Iskandar atau Cak Imin Ketua Umum PKB, Tri Rismaharini kader PDIP yang saat ini menjabat Menteri Sosial.

Juga Ketua DPD Gerindra Jatim Anwar Sadad, Ketua Golkar Jatim, M Sarmuji, Bupati Sumenep Achmad Fauzi dan lainnya. Lalu, apakah masih  ada dan perlu munculnya nama-nama di luar kader partai?

Surokim Abdus Salam pengamat politik yang juga peneliti Senior Surabaya Survey Center (SSC) menyampaikan,  dinamika politik  Jatim masih memungkinkan untuk memajukan kandidat non kader partai sebagai penguat bagi munculnya calon-calon  berkualitas,  seperti dari perguruan tinggi, ormas, LSM atau pegiat sosial kemasyarakatan  yang lain.

“Demikian juga dengan munculnya nama Lutfil Hakim Ketua PWI Jawa Timur, yang selama ini sudah banyak orang tahu kualitasnya,” kata Surokim, yang  juga dosen Universitas Trunojoyo Madura, Minggu (7/5/2024).

Menurut Surokim, semua ini perlu diikhtiarkan agar politik kita kian dinamis dan bisa muncul para kandidat potensial yang akan membuka peluang munculnya kandidat-kandidat  berkualitas. “Sehingga bisa lebih kompetitif,” ujarnya.

Munculnya nama-nama  diluar partai, seperti  Lutfil Hakim Ketua PWI Jatim ini, menurut Surokim, sekaligus menjadi penantang,  sosok-sosok baru kandidat para pemimpin  yang akan ikut kontes.

“Adanya stok calon  yang melimpah akan membuat kompetisi pilkada jauh lebih menarik dan kompetisi bisa berlangsung lebih demokratis,” ujar Surokim. Peta ini juga akan membuat Pilkada jauh lebih terhormat dan bermartabat, yang diyakini akan bisa menghasilkan para pemimpin berkualitas dan berintegritas.

Serta memungkinkan munculnya tokoh-tokoh  kejutan untuk Jatim. Diakui Surokim, memang jalannya tidak mudah, tetapi munculnya para pemimpin daerah dari nonkader partai biasanya lebih komunikatif dan lebih cepat adaptif dan akomodatif.

“Yang pasti lebih leluasa bergerak melakukan berbagai terobosan dan perubahan baru, karena biasanya jauh lebih independen,” tambah Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB) ini. (bw)