Banyuwangi, (pawartajatim.com) – Dua warga Banyuwangi meninggal akibat terserang demam berdarah. Keduanya meregang nyawa setelah mendapat perawatan medis, minggu lalu. Selain menelan korban jiwa, kasus DB di Bumi Blambangan juga terus meroket.

Dua korban masing-masing dari Kecamatan Muncar dan Gambiran. Keduanya sudah berumur dewasa. Hingga akhir Februari ini total DB di Banyuwangi mencapai 35 kasus. Jumlah ini meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 29 kasus.

“Kasus DB memang trennya meningkat. Sejak November 2023 hingga Februari 2024, kasusnya terus bertambah. Ada dua yang meninggal,” kata Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi, Amir Hidayat via telepon, Selasa (27/2/2024) siang.

Bulan November 2023, kasus DB di Banyuwangi mencapai 10 kasus. Lalu meningkat bulan Desember sebanyak 23 kasus. Dengan adanya korban meninggal, kasus DB di Banyuwangi masuk kategori kejadian luar biasa (KLB).

Tapi, KLB hanya di kecamatan yang terjadi korban meninggal. Kalau kabupaten belum,” tegas Amir. Sedangkan kasus DB tertinggi di Banyuwangi muncul di Kecamatan Srono. “Kecamatan Srono ini memang endemi DB. Penyebabnya, kemungkinan kurangnya aksi pemberantasan sarang nyamuk (PSN),” jelasnya.

Terkait mengganasnya DB ini, pihaknya mengajak masyarakat untuk menggencarkan gerakan PSN. Mulai menguras, mengubur dan mendaur ulang barang-barang yang berpotensi memicu genangan air.

Sebab, genangan air ini yang rawan tumbuhnya jentik nyamuk demam berdarah. “Kami tidak menganjurkan pengasapan atau fogging. Sebab, hanya membunuh nyamuk dewasa,” jelasnya lagi.

Aksi PSN harus dilakukan secara massal. Jika tidak, pertumbuhan jentik nyamuk akan tetap terjadi. Selain PSN, warga diharapkan menggunakan serbuk abate di bak mandi atau tempat lain yang berpotensi genangan.

“Genangan yang tidak bersinggungan langsung dengan tanah rawan tumbuhnya nyamuk Aedes Aegypti. Jadi, kami anjurkan menggunakan serbuk abate. Bisa minta di Puskesmas,” tutupnya. (udi)