Surabaya, (pawartajatim.com) – Guru Besar Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Prof Hendrik Setia Budi, menawarkan solusi alternatif pengobatan kanker mulut minim risiko menggunakan bahan-bahan alami.

Seperti diketahui, kanker mulut menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Banyak generasi muda terjangkit. Salah satunya, akibat ingin terlihat keren dengan merokok, mengonsumsi alkohol, hingga seks bebas.

Namun, hingga saat ini belum ada pengobatan yang bisa menyembuhkan kanker dengan sempurna tanpa efek samping. Karena itu, Prof Hendrik menawarkan temuannya itu melalui penelitiannya.

Prof Hendrik mengungkapkan, bahwa saat ini, pilihan pengobatan kanker mulut adalah pembedahan, radioterapi, kemoterapi, atau kombinasinya yang ketiganya masing-masing memiliki efek samping. Keluhan (akibat efek samping pengobatan) itu dapat menyebabkan pasien tidak nyaman, sehingga timbul penyakit lain.

‘’Adanya sel kanker tersisa pasca kemoterapi dan radiografi akan menyebabkan sel kanker akan resisten,” kata Prof Hendrik melalui keterangannya di Surabaya, Selasa (12/9). Dalam orasi ilmiah pengukuhan guru besarnya, Prof Hendrik mengusulkan pendekatan Lingkungan Mikro Tumor (TME).

Menurut dia, itu menjadi salah satu pendekatan mengatasi kanker dengan meminimalisir efek samping dari pengobatan yang sudah ada. “Penargetan selektif sel dan interaksi dengan TME mulut menjadi harapan strategi yang lebih baik dalam menekan pertumbuhan tumor dan juga pengelolaan efek samping pada jaringan normal,” ungkapnya.

Prof Hendrik mengakui, hingga saat ini hanya beberapa negara yang menggunakan pendekatan ini. Ia menyebut jika dirinya menjadi salah satu pengembang TME di Indonesia karena melihat prospek perkembangannya di masa mendatang.

“Topik terapi targeting pada TME hingga 2023 masih menunjukkan kebaharuan sehingga dapat berkembang lebih banyak lagi,” terangnya. Menurut Prof Hendrik, jika pemanfaatan bahan-bahan alam menjadi salah satu kunci agar efek samping dari pemanfaatan pengobatan kanker lebih rendah.

Kandungan senyawa aktif dari bahan alam seperti asam heksadekanoat, kurkumin, kuersetin, melatonin, resveratrol memiliki kemampuan dalam mengubah TME. Selain itu, jika bahan-bahan alam itu tidak bisa menjadi satu-satunya komponen anti-kanker.

Efektivitasnya akan semakin maksimal apabila berkombinasi dengan metode-metode yang tepat. “Senyawa itu memiliki absorpsi dan bioavailabilitas rendah, sehingga akan mengurangi efikasi dalam penggunaannya,” jelasnya.

Menurut dia, hal itu dapat teratasi dengan pembuatan sediaan dalam bentuk nanopartikel dapat menghantarkan senyawa aktif sebagai antikanker yang efektif untuk memodulasi TME.

“Penargetan selektif sel dan interaksi dengan lingkungan mikro tumor menjadi harapan strategi yang lebih baik dalam menekan pertumbuhan tumor dan juga pengelolaan efek samping yang normal,” pungkasnya. (red)