Surabaya, (pawartajatim.com) – Dokter muda Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) meraih beasiswa dari Lembaga Penerima Dana Pendidikan (LPDP) untuk melanjutkan pendidikan S2 jurusan Master of Public Policy di Harvard University, Boston, Amerika Serikat.

Masalah kesehatan yang dilihat dari berbagai aspek, terutama saat pandemi Covid-19, mendorong Fahrizal Rizky Muharram untuk melanjutkan pendidikan hingga meraih beasiswa di Harvard University, Boston, Amerika Serikat.

Alumnus FK Unair angkatan 2015 ini melanjutkan kuliah S2 dengan mengambil jurusan kebijakan publik karena berkaca dari pandemi Covid-19 yang melanda dunia sejak penghujung 2019 silam. “Saya akui masalah kesehatan tidak hanya diselesaikan dari sisi kesehatan. Namun, ada ekonomi, politik, dan sebagainya. Sehingga, ada dukungan dari pemerintah agar kesehatan terus meningkat,” ujar Farizal ditemui di FK Unair Surabaya, Selasa (4/7).

Dokter kelahiran 21 Mei 1998 ini optimistis mampu menyelesaikan pendidikan selama setahun. Kemudian, kembali dan mengabdi di Indonesia, khususnya Jawa Timur selama setahun, sebelum resmi diwisuda.

“Saya tidak ingin hanya belajar ilmu kedokteran saja. Ke depan, saya juga berharap bisa menyumbang ide-ide untuk kebijakan publik dari sisi akademisi dan klinis,” terangnya. Fahrizal berencana fokus ke layanan jantung hingga fasilitas kesehatan (faskes) tingkat bawah, yaitu Puskesmas.

“Saya sudah beberapa kali berkolaborasi melalui Academic Health System. Nantinya, saya akan membawa studi yang banyak berkaitan kebijakan di tingkat pendidikan, pemerintah, dan kesehatan,” jelasnya.

Wakil Dekan FK Unair, Dokter Achmad Chusnu Romdhoni, menyebut kampus mendukung potensi mahasiswa apalagi untuk kepentingan sesama. Mengambil studi public policy itu karena melihat bagaimana kesulitan ketika pandemi Covid-19.

“Langkah ini dinilai sebagai cita-cita luhur anak bangsa dalam membaktikan dirinya untuk kepentingan sesama,” ungkap Dokter Romdhoni. Dengan beasiswa yang diraihnya itu, diharapkan Fahrizal bisa membawa perubahan di Indonesia.

Sekaligus berkontribusi terhadap kebijakan kesehatan berkaca dari pandemi Covid-19. “Termasuk bagaimana cara mengantisipasinya, juga bagaimana bila ada kejadian luar biasa. Terlebih, banyak tenaga kesehatan (nakes) yang meninggal dunia karena Covid-19,” pungkasnya. (red)